Membangun Karakter Anak Tk St Theresia Penfui
diposting pada 19 Aug 2019, 13:08
TK St. Theresia Penfui merupakan satu-satunya sekolah TK di bawah naungan Yayasan Swasti Sari Keuskupan Agung Kupang yang berada di Kota Kupang. TKK ini berdiri pada tahun 1980 dengan kepala sekolahnya yang pertama yaitu Ibu Yuliana Palan Babe. Animo masyarakat untuk memilih TKK ini sebagai tempat anak mereka diasuh, diasah dan diasih sangat tinggi. Dari tahun ke tahun jumlah anak di atas 50-an bahkan beberapa tahun terakhir ini jumlah anak mendekati 80 anak. Dengan jumlah siswa yang banyak membutuhkan guru dengan ratio yang seimbang. Jumlah guru ada 6 orang dan 1 orang tenaga kependidikan.
Dalam berbincang-bincang
dengan kepala sekolah yang kini dikepalai oleh Maria Balbina Kefi, dikatakan
bahwa pada awal tahun pembelajaran ini, tepatnya pada tanggal 27 Juli 2019
sudah mengadakan pertemuan dengan orang tua anak. Adapun tujuan pertemuan
ini untuk mengadakan pemilihan ketua komite. Yang terpilih sebagai ketua
komite secara aklamasi yang berjumlah 49 suara yang hadir memilih Bapak Romanus
Boli. Di samping itu juga, melibatkan orang tua bersama guru untuk
mendampingi anak dan bersama-sama membentuk karakter anak.
Lebih lanjut Kefi menandaskan bahwa pada dasarnya setiap anak adalah cerdas dengan memiliki keunikan dan karakter yang berbeda-beda. Hanya bagaimana mengoptimalkan kecerdasan anak. Untuk itu, perlu memberi stimulus berupa latihan pengembangan kemampuan pendukung untuk mengaktifkan kecerdasan alami yang dimiliki anak. Untuk pembentukan karakter anak ini melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pengembangan seni yang dapat direalisasikan dengan tanggungan koor di gereja dan juga ada pementasan seni. Di TK St. Theresia Penfui ada 2 alat musik yaitu angklung dan pianika yang diajarkan kepada anak-anak. Alat musik angklung dilatih oleh Ibu Lucia Dughe dan pianika oleh Ibu Marselina Nesi. Ada juga Seni tari yang dibimbing oleh Ibu Yuliana Palan dan Ibu Kristina Papa. Untuk pengembangan karakter dan pengetahuan di kelas dalam proses pembelajaran melalui tema-tema yang tersaji dalam kurikulum. “Prinsip dari proses pembelajaran adalah playing by learning, bermain sambil belajar”, demikian tegas Kefi.
Seina, seorang anak yang
senang bermain angklung, ketika ditanya kebiasaan yang dilakukan orang tua di
rumah, dia menceritakan bahwa orang tua sering memutar lagu-lagu
kesukaannya. Ayahnya sering berada di rumah karena mengelolah kos-kosan
sebagai sumber penghasilan sedangkan mamanya bekerja di kantor
pemerintah. Seina sangat bangga dengan orang tuanya yang selalu
menemaninya dalam belajar dan bermain di rumah.
Semua potensi anak
ini akan berkembang dengan bantuan orangtua dan guru dengan cara
merangsang seluruh indra anak, memberikan kebebasan untuk bergerak, memberikan
kesempatan anak untuk bernyanyi, berbicara, bertanya, berceritera dan yang paling
utama dan terpenting adalah orang tua dan guru memberikan contoh yang baik
untuk anak. Orang tua menjadi guru yang pertama dan utama sedangkan guru
adalah penerus pencitraan anak.
Toge Aprilianto dalam
bukunya Kudidik Diriku demi Mendidik Anakku (20070)
mengajak orangtua dan guru mengevaluasi secara kritis sejauh mana kita
melakukan pendampingan dan menggali nilai-nilai kehidupan
berdasarkan suatu pemahaman bahwa anak itu unik, baik, dan dinamis.
Bagaimana anak diajak untuk belajar menjadi dirinya sendiri agar memiliki
rasa percaya diri.
Dalam buku ini, Toge Aprilianto bertujuan agar orang tua mengikuti perkembangan anak baik di rumah maupun di sekolah bersama sebaya teman bermain. Orang tua bersama guru mendampingi, mendidik, dan memberikan motivasi pada anak-anak sesuai dengan kebutuhan dan potensinya sehingga apa yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Intensitas dan kualitas interaksi antara orangtua, guru dan anak menjadi kebutuhan vital dalam menentukan kondisi psikologis anak terutama dalam usia anak 5 tahun akan merekam apa yang dialaminya. Oleh karena itu, dalam buku ini, hampir setiap bab penulis mengingatkan orang tua agar berperan penting dalam pendidikan dan perkembangan anak . Orang tua selalu mendidik dirinya demi mendidik anaknya.
Dengan membangun
imajinasi anak untuk berkreasi dan menjadi creator dalam kegiatan bermain
sambil belajar kita menumbuhkan rasa percaya diri pada anak
bahwa “The world is in their hand”, kelak dunia berada pada
genggaman tangan anak-anak. (r.riantoby)
Berita Terbaru
- Rekoleksi Menyongsong Natal Bersama Bapak Uskup Mgr. Hironimus Pakaenoni
- Melaksanakan Program Wajib: Bidang Kurlitbang Yaswari K.A.K mengadakan evaluasi bersama Para Kepala Sekolah SDK Se-Kota/Kab. Kupang
- Pendidikan di hadapan Tantangan dan Peluang Teknologi AI
- Pembukaan Expo Pendidikan 2024 di SMAK Giovanni Kupang
- Uskup Turang Memberkati Gedung Baru di Alor
Pengumuman Terbaru
Artikel Terbaru
Arsip Berita
- Membangun Karakter Anak Tk St Theresia Penfui
- Berbagi Pengalaman Bersama Kaum Minoritas
- Smak Giovanni Kupang dan Sma Seminari St. Rafael Berganti Nahkoda
- Karyawan kantor Yayasan Swasti Sari Kupang bersih-bersih Kantor
- Para Guru Dan Pegawai Baru Yaswari siap berkarya
- Calon Guru dan Pegawai Yaswari Mengikuti Praktek Bidang Keahlian
- Calon guru dan Pegawai Yaswari Mengikuti Tes Psikologi
- Raker SMA Giovanni Kupang
- Hari pertama pembayaran menggunakan System Multibiller
- Yaswari & Bank NTT Teken Kontrak
- Diklat Cakep
- Seleksi Cakep
- Yaswari berpisah dengan Frater TOP