Detail Berita
Baca berita Yayasan Swastisari
Sutradara Pembelajaran di Lembah Sunyi Oekabiti

Di tengah-tengah hamparan pedalaman sunyi Oekabiti yang mungkin jauh dari hiruk pikuk kota, kami bertemu dengan seorang guru luar biasa bernama Tolidarlia Corina Silla, S.Pd. Jika pembelajaran di kelas dianalogikan seperti sinetron atau film layar lebar, dia adalah sang sutradara ulung.
Perjumpaan itu terjadi ketika kami melakukan monitoring dan evaluasi (monev) penerapan pembelajaran mendalam, yang diselenggarakan Bidang Kurikulum, Penelitian dan Pengembangan (Kurlitbang) Yayasan Swastisari (Yaswari) Keuskupan Agung Kupang (KAK) pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Ibu Ori. Begitu sapaan akrab anak-anak SDK Oekabiti, Kelurahan Nonbes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang. Dia tampil sebagai guru yang menakjubkan, mengarahkan setiap skenario pembelajaran seperti drama bersambung yang menarik dan menyenangkan bagi murid-muridnya. Setiap tahapan pembelajaran seperti potongan adegan yang penuh makna, bersatu menuju ending istimewa yang membekas di hati anak-anak.
Penampilan Ibu Ori rapi dan berwibawa, seolah memancarkan aura positif yang mengisi ruang kelas. Suaranya yang melengking jelas mengisi setiap sudut kelas, dan anak-anak mengerti setiap kata yang diucapkannya dengan penuh perhatian. Dia sungguh menjalankan amanat Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat. Ibu Ori menuntun muridnya dengan mendampingi dan mengarahkan mereka untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai kodrat alam dan zamannya, sehingga mereka dapat hidup mandiri dan memuliakan dirinya sendiri serta orang lain.
Dari pedalaman Oekabiti yang mungkin memiliki keterbatasan, Ibu Ori menjawab tantangan dengan dedikasi yang tinggi. Baginya, keterbatasan bukan hambatan, melainkan jalan untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Dengan semangat yang tak pernah padam, dia memuliakan anak-anak melalui pembelajaran yang bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan. Dia paham betul kebutuhan anak, menjadikan setiap proses belajar sebagai pengalaman berharga bagi mereka.
Ketika pembelajaran berlangsung, Ibu Ori membagi anak dalam tiga kelompok sesuai dengan gaya belajar mereka. Ada yang masuk dalam kelompok visual, kelompok auditori dan kelompok kinestetik. Dia menyiapkan lembar kerja murid yang bervariasi untuk masing-masing kelompok, termasuk instruksi untuk menyelesaikan masalah dan menyajikannya.
Kelompok visual menyajikan hasil diskusi dengan cara presentasi. Kelompok Audiotori menyajikan lewat lagu. Sementara kelompok kinestetik menyajikan hasil diskusi dengan bermain peran. Sesuai dengan topik materi hari itu, “harmoni dalam ekosistem,” dia membagi murid menjadi padi, tikus, ular, elang, dan pengurai. Setiap murid terlihat bahagia menjalankan perannya. Ibu Ori berhasil menjalankan pembelajaran yang menumbuhkan partisipasi aktif murid dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, menumbuhkan manajemen diri, serta memungkinkan tumbuhnya kebiasaan dan sikap positif. Dia percaya dengan kemampuan semua murid.
Dia juga sukses melaksanakan praktik pengajaran yang mendorong kolaborasi dan komunikasi antarmurid dalam konteks memahami, mengaplikasi dan memaknai materi ajar.
Melalui tangan dan hati Toliderlia Corina Silla, S.Pd., anak-anak di lembah sunyi Oekabiti tidak hanya belajar ilmu, tapi juga menemukan makna hidup, menemukan kekuatan diri, dan menemukan kegembiraan dalam belajar. Ibu Ori membuktikan bahwa dengan dedikasi dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan anak, pendidikan bisa menjadi proses yang sungguh memuliakan.
Maria Yosefa A. Ngura, S.Pd, salah satu supervisor yang mengkoordinir pelaksanaan supervisi, mengatakan bahwa Ibu Ori mampu menjalankan perannya sebagai guru dalam penerapan pembelajaran mendalam dengan baik. Menurutnya, Ibu Ori adalah aktivator yang lihai menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Ibu Ori merupakan pembangun budaya yang dengan sabar menanamkan semangat dan kepercayaan diri pada anak-anak. Tak hanya itu, Ibu Ori adalah kolaborator ulung yang menghubungkan pribadi anak sebagai makhluk sosial, mengajak mereka berkolaborasi dalam setiap proses pembelajaran.
Lebih lanjut, Yosefa Ngura menegaskan, kemampuan guru mengelola pembelajaran serta mengembangkan diri, tidak lepas dari peran kepala sekolah. Baginya, kepala SDK Oekabiti mampu menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar, dimana setiap guru diberi ruang dan apresiasi untuk mengembangkan kompetensi sambil melakukan inovasi.
Yosefa Ngura berharap, guru seperti Toliderlia Corina Silla, S.Pd., dapat dijadikan inspirasi bagi guru lainnya dalam menjalankan karya mencerdaskan anak bangsa.
Konrad
Tim Redaksi Yayasan Swastisari
Berita Terkait
Berita Terbaru


Sutradara Pembelajaran di Lembah Sunyi Oekabiti
08 Oct 2025


Kuatkan Identitas, Wujudkan Lulusan Utuh
30 Sep 2025
Pengumuman Terbaru
Belum ada pengumuman
Profil

Yayasan Swastisari
Keuskupan Agung Kupang
08.00-13.30 (Jumat-Sabtu)
1,239
Karyawan
15,000
Siswa
84
Sekolah